Kota Semarang dan Permasalahannya


Kota Semarang dan Permasalahannya


Salah satu keunikan lansekap kota Semarang diambil dari Wologito,

Sumber: Dok. Pribadi, 2016

Semarang merupakan salah satu kota metripolitan yang ada di Indonesia. Kota Semarang seperti halnya metropolitan lainnya juga menjadi daya tarik masyarakat sekitarnya (Kab.Kendal, Demak, Purwodadi dan Kab. Semarang) untuk mencari pengidupan dan pelayanan publik yang lebih baik dari pada di tempat asal. Hal-hal penarik yang menjadikan kota ini sebagai tujuan perpindahan penduduk seperti:

  1. Kelengkapan fasilitas pendidikan terutama pendidikan menengah atas dan perguruan tingggi seperti Undip, Unes, Unissula, Udinus, Unimus, Stikubang dll;
  2. Kelengkapan fasilitas kesehatan, perkantoran, perdagangan dan rekreasi baik untuk tingkat pelayanan kota dan provinsi semuanya ada di Kota Semarang;

Selain itu alasan klasik urbanisasi desa kota juga masih sangat berpengaruh. Masyarakat masih melihat dan perpikiran bahwa mencari uang di kota lebih gampang (keragaman kegiatan ekonomi), tingkat upah yang lebih tinggi dibanding daerah sekitar (utamanya pedesaan), keamanan di perkotaan lebih terjamin, kebebasan di kota lebih luas, adat dan agama lebih longgar.

Daya tarik kota ini tentuk menimpulkan masalah tersendiri bagi Kota Semarang. Beragam masalah mulai timbul karana dari sisi daya tampung dan daya dukung lingkungan sudah mulai terlampaui. Hal ini tentu akan membuat Kota Semarang akan semakin jauh dari kata “layak huni dan manusiawi”. Layak huni dan manusiawi dalam dalam arti kota bisa mewadahi aktivitas masyarakatnya secara manusiawi dan seimbang antara kegiatan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, teknologi dan politik .

Kota Semarang yang kondisi fisik alamiahnya sangat unik, dengan bentang lahan berupa perbukitan sampai ke dataran pantai, secara alami juga memiliki keterbatasan berupa potensi bencana. Potensi bencana geologi seperti adalah adanya patahan dan tanah bergerak di bagian perbukitan yang menyebabkan sebagian kawasan perbukitan rawan longsor. Struktur geologi Semarang menurut Hadi Nugroho (2010) terdiri dari struktur sesar: sesar turun, sesar mendatar, terdapat di wilayah Gunungpati dan struktur kekar: retakan pada lapisan batuan atau tanah, tanpa disertai pergeseran atau perpindahan dari bagian. Setempat di wilayah perbukitan Gombel, G. Tugu, wilayah Sekaran. Sementara kawasan bawah/pesisir (dataran aluvial) yang belum tuntas proses pemadatannya menjadi kawasan rawan penurunan tanah. Besaran penurunan tanah ini menurut Robert K (2012) untuk Tambaklorok 11 cm dan Pengapon 8,5 cm, Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas turun 7,7 cm, Tanah Mas turun 5 cm, Bandara Ahmad Yani dan kawasan PRPP turun 3,4 cm sampai 7,6 cmKawasan Tugumuda turun 1,54 cm.

Peta penurunan tanah di Kota Semarang Utara

Sumber: Dodid M, 2016.

Berubahnya fungsi sebagian kawasan atas yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung yang melindungi dibawahnya (reapan air) menjadi kawasan budidaya terbangun juga menaikkan potensi aliran air permukaan (run off) sebagai salah satu faktor penyebab banjir di Semarang. Berkurangnya resapan air di atas dan meningkatnya pengambilan air tanah melalui sumur bor di pesisir utara juga mempercepat adanya amblesan, mengingat air merupakan salah satu komponen soil.

Sumber: Hadi Nugrogo, 2010.

Masalah berikunya adalah munculnya kantong-kantong permukiman kumuh. Jumlah Kawasan permukiman kumuh ini berdasarkan SK Walikota Semarang No. 050/801/2014 bejumlah 62 titik. Kantong-kantong permukiman ini muncul salah satunya sebagai akibat desakan kebutuhan hunian/tempat tinggal bagi kaum migran yang membutuhkan tempat tinggal sementara dengan harga terjangkau. Munculnya kegiatan industri dan bahkan kawasan indistri yang tidak disertai dengan penyediaan hunian untuk pekerja industri juga menyebabkan kawasan pinggiran berkembang dengan pesat tanpa dibarengi dengan pembangunan/penyediaan infratruktur permukiman yang layak. Hal ini tentu akan menyebabkan munculnya masalah lingkungan akibat menumpuknya timbunan sampah, air limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik, berkurangnya ruang terbuka hijau dan sudah dapat dipastikan dampak ikutan berupa bau tidak sedap, banjir genangan, bahaya kebakaran, beragam penyakit pun akan menyusul;

Kawasan Permukiman Kumuh Tambak Lorok

Sumber: Dok. Pribadi, 2016

Tingginya harga lahan di pusat kota dan di lingkungan layak huni juga turut memberi sumbangan terhadap perkembangan kawasan pinggiran dengan cepat. Hal ini berarti jarak antara tempat kerja semakin jauh dan bangkitan lalulintas dari kawasan pinggiran ke pusat kota akan terus naik, sementara moda transportasi publik jauh dari kesan nyaman (secara kualitas dan kuantitas sangat jauh dari yang diharapkan masyarakat). Moda transportasi publik yang ada di Semarang saat ini hanya melayani jalur-jalur utama dan terputus dengan sumber bangkitan lalu lintas (perumahan dan kampung). Salah satu moda andalan transportasi publik BRT Trans Semarang belum punya ruang jalur tersendiri seperti di Jakarta. Moda tranport ini pun kadang tidak bisa tepat waktu karena jadwalnya sering berubah akibat kemacetan yang terjadi di titik tertentu. Sementara moda angkutan lainnya juga belum bisa diandalkan, karena tuntutan balik modal bahan bakar sering kali berhenti lama (ngetem) atau berputar arah sebelum titik akhir. Lemahnya kontrol kelayakan oprasi juga sering kali membuat moda tranport yang seharusnya tidak layak jalan masih beroprasi. Masyarakat perkotaan yang membutuhkan angkutan yang tepat waktu ke lokasi kerjapun akhirnya banyak yang berpindah ke kendatraan pribadi terutama roda dua. Jenis moda ini sangat gampang diperoleh secara kredit. Kondisi ini tentu akan menyebabkan beban lingkungan semakin besar, kemacetan dan mencemaran udara akan semakin parah dan kenyamanan kota semakin menurun.

Kondisi di atas tentu akan semakin parah jika kita (semua komponen pelaku pembangunan) di Semarang tidak berbenah. Semarang butuh adanya perbaikan dan strategi dalam pembangun kota. Semarang butuh keseimbangan dalam memanfaatkan ruang kotanya, tidak hanya dari sisi kepentingan ekonomi dan meningkatkan PAD. Penurunan kualitas kota dan lingkungan hanya akan menjadikan nilai properti, nilai lahan, nilai kenyamanan dan keamanan akan terus menurun. Hal ini tentu akan beralibat munculnya perpindahan kegiatan perkotaan dan menjadi mungkin suatu saat Semarang akan ditinggakan menjadi kota mati. Kepentingan lingkungan hidup, sosial-budaya, teknologi dan politik, juga perlu diperhatikan untuk Semarang yang lebih baik.

Catatan:

Dodid M, 2016, Menahan-Amblesan-Kota-Semarang, http://geomagz.geologi. esdm.go.id//

Hadi N, 2010, Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan untuk Pembangunan Kota Semarang, Seminar : Menyongsong Peradaban Baru, Bagaimana Menata Kota Semarang ke Depan.

Robert, K, 2012, Penurunan-Tanah-di-Semarang-Karena-Proses-Konsolidasi

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_smg/2012/02/05/108645/

About Jamilla Kautsary

Aku ada karena kamu
This entry was posted in Kota. Bookmark the permalink.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.